Siskesakti App

Mengenal Metode Bandongan di Pesantren

Siskesakti-Mengenal Metode Bandongan di Pesantren

Metode bandongan di pesantren adalah sistem pembelajaran kolektif di mana seorang kiai atau ustadz membacakan, menerjemahkan, dan menjelaskan isi kitab kuning, sementara santri menyimak serta memberikan catatan (makna gandul) pada kitab mereka masing-masing. Metode ini efektif untuk transfer ilmu secara massal dan menjaga sanad keilmuan.


Dunia pendidikan pesantren memiliki karakteristik unik yang telah bertahan selama berabad-abad. Salah satu pilar utamanya adalah sistem pengajaran klasikal yang khas. Namun, di era digital ini, banyak pengelola lembaga pendidikan mulai mempertanyakan apakah sistem tradisional masih relevan atau perlu dikombinasikan dengan teknologi.

Masalah utama yang sering muncul adalah bagaimana menjaga kualitas transmisi keilmuan yang mendalam sambil tetap mengikuti efisiensi zaman. Memahami esensi dari teknik pengajaran ini adalah langkah awal bagi pesantren untuk melakukan digitalisasi tanpa kehilangan jati diri.

Mengapa Metode Bandongan di Pesantren Masih Menjadi Pilihan Utama?

Meskipun zaman terus berubah, metode bandongan di pesantren tetap menjadi primadona dalam pengajaran kitab-kitab turats. Metode ini menawarkan efisiensi waktu karena satu ustadz dapat mengajar puluhan hingga ratusan santri sekaligus dalam satu majelis.

Menjaga Autentisitas dan Sanad Keilmuan

Manfaat terbesar dari sistem bandongan adalah terjaganya mata rantai keilmuan (sanad). Santri tidak hanya membaca teks secara mandiri, tetapi mendengar langsung bagaimana seorang ahli melafalkan dan menafsirkan teks tersebut. Hal ini mencegah terjadinya salah paham dalam menafsirkan hukum-hukum agama yang kompleks.

Melatih Ketelitian dan Fokus Santri

Dalam sesi bandongan, santri dituntut untuk memiliki konsentrasi tinggi. Mereka harus mendengarkan dengan saksama untuk menuliskan “makna gandul” (terjemahan per kata) di bawah teks kitab mereka. Proses visual dan auditori yang terjadi secara bersamaan ini sangat efektif untuk memperkuat daya ingat. Untuk melihat bagaimana manajemen kurikulum ini diatur secara digital, Anda dapat mengunjungi halaman layanan SiskeSakti.

Perbandingan Metode Bandongan dan Sorogan

FiturMetode BandonganMetode Sorogan
Jumlah SantriKolektif / Masal (Banyak)Individual / Privat (Satu per satu)
Peran UtamaKiai Membaca, Santri MenyimakSantri Membaca, Kiai Menyimak
Kecepatan MateriDitentukan oleh KiaiDitentukan oleh Kemampuan Santri
Tujuan UtamaPengenalan Luas Isi KitabKetelitian Bacaan dan Gramatika

Panduan Langkah demi Langkah Melaksanakan Metode Bandongan di Pesantren

Agar proses belajar mengajar berjalan maksimal, terdapat urutan teknis yang biasanya dilakukan dalam sebuah majelis bandongan:

  1. Persiapan Kitab dan Alat Tulis: Santri wajib memiliki kitab yang sama dengan yang dibacakan oleh kiai. Biasanya, mereka menggunakan pulpen khusus (sering disebut bolpoin lancip) untuk menulis makna di sela-sela baris.

  2. Pembukaan dengan Tawasul: Sebelum memulai, kiai biasanya memimpin pembacaan doa dan fatihah untuk pengarang kitab agar ilmu yang dipelajari mendapatkan keberkahan.

  3. Pembacaan Teks (Matan): Kiai membacakan teks asli berbahasa Arab dengan lantang, memperhatikan makhraj dan tajwid yang benar.

  4. Pemberian Makna (Ngabsahi): Kiai menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, dll) beserta kedudukan tata bahasanya (Nahwu-Shorof). Santri menuliskan simbol-simbol khusus di bawah kata tersebut.

  5. Penjelasan Kontekstual (Syarah): Setelah satu paragraf atau bab selesai dimaknai, kiai akan memberikan penjelasan luas mengenai maksud dari teks tersebut agar santri paham secara mendalam.

  6. Pencatatan Kehadiran Digital: Untuk memastikan kedisiplinan, pesantren modern kini mencatat kehadiran majelis secara otomatis. Pelajari lebih lanjut di artikel SiskeSakti.


Tantangan dan Solusi Modernisasi Pengajaran Tradisional

Meskipun metode bandongan di pesantren sangat kuat secara filosofis, tantangan administratif seringkali muncul. Misalnya, kesulitan memantau sejauh mana seorang santri benar-benar menguasai kitab tersebut secara individu. Karena sifatnya yang masal, ustadz sulit memberikan perhatian personal kepada setiap anak.

Oleh karena itu, pesantren perlu mengadopsi teknologi manajemen pendidikan. Dengan sistem digital, data perkembangan santri dari majelis bandongan ke majelis sorogan dapat terekam dengan rapi. Selain itu, jadwal pengajian dan target khatam kitab dapat diakses oleh orang tua di rumah secara real-time.

Namun demikian, teknologi tidak akan menggantikan posisi kiai atau keunikan metode bandongan itu sendiri. Teknologi justru hadir sebagai alat bantu agar tradisi luhur ini bisa dikelola dengan standar profesionalisme yang tinggi.


Kesimpulan

Menerapkan metode bandongan di pesantren adalah cara terbaik untuk menjaga tradisi keilmuan Islam Nusantara yang autentik. Dengan perpaduan antara ketelitian menyimak dan keberkahan sanad, santri dapat memahami kitab kuning secara komprehensif.

Agar pengelolaan pengajian dan data santri di pesantren Anda menjadi lebih tertata, efektif, dan modern, SiskeSakti hadir sebagai mitra teknologi terpercaya. Kami memahami kebutuhan khas pesantren yang ingin tetap tradisional dalam nilai, namun modern dalam manajemen.

Tingkatkan Profesionalisme Pesantren Anda Sekarang!

Kelola database santri, pemantauan kurikulum kitab kuning, hingga laporan keuangan pesantren hanya dalam satu platform yang terintegrasi.

Kunjungi siskesakti.com sekarang juga untuk mendapatkan konsultasi gratis dan jadikan pesantren Anda pelopor digitalisasi pendidikan Islam di Indonesia!

Wujudkan Digitalisasi dengan Aplikasi Pesantren?

Dapatkan informasi lebih lengkap aplikasi SiskeSakti, Sekarang!

Artikel Terkait

Siskesakti-Mengenal Metode Bandongan di Pesantren

Mengenal Metode Bandongan di Pesantren

Metode bandongan di pesantren adalah sistem pembelajaran kolektif di mana seorang kiai atau ustadz membacakan, menerjemahkan, dan menjelaskan isi kitab